CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 26 Februari 2012

Bidadari Cantik Yang Kedua


    • Singkat Cerita
Widyoresmi Hastyo Kinanti 
memiliki seorang kakak perempuan
Danisworo Hastyorini namanya

  Danisworo Hastyorini. Lahir di Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah pada hari Jum'at, 30 Maret 1990. Enam tahun kemudian, aku lahir dan resmi menjadi adiknya.. 
  Tak terasa, sudah lima belas tahun lamanya aku hidup bersama mbak Danis. Sejak aku masih kecil sampai sekarang kami tidur di satu kamar. Di kamar kami bercanda, berbagi, menangis dan tertawa bersama. Saya sangat menyayangi mbak, bagi-ku.. dia adalah bidadari cantik yang kedua setelah ibu. 

  Mbak Danis tersayang... izinkan aku merangkai kata-kata untuk menceritakan sesuatu tentangmu.
       _ _ _ _ _ _  _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _  _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Cerita tentang-mu
 Selasa, 15 November 2011
   Awalnya aku menilai hari itu sama seperti hari-hari biasanya. Tidak ada acara tiup lilin apalagi sebuah pesta. Sepulang sekolah tidak banyak kegiatan yang aku lakukan. Mandi, makan dan mengerjakan tugas-tugas sekolah tanpa mbak Danis. Pada hari itu mbak Danis bertugas keluar kota dan menginap tanpa memberitahu-ku. Hal itu membuat-ku kesal. Bagaimana tidak, Aku dan mbak bagaikan sepasang merpati yang tak terpisahkan. Karena hal itu, aku harus tidur sendiri.
   Hari itu waktu seperti berlari-lari. Tak terasa jam dinding sudah menunjuk pukul 21.00 WIB. Seusai mengerjakan tugas, aku melepas earphone pertanda alunan musik klasik berhenti ku dengar dan aku harus segera tidur. Aku merebahkan tubuh di atas kasur. Rasanya kasur bertambah luas, ya.. itu karena tidak ada mbak Danis disampingku. Rasa lelah membawaku ke alam mimpi, kini aku tertidur nyenyak.
   Belum lama tertidur, aku dibangunkan dengan suara yang tidak asing lagi, suara ini sangat ku kenal. Itu suara mbak Danis. Ia menyanyikan lagu "Selamat Ulang Tahun" untuk-ku. Aku kebingungan, bukannya mbak menginap di luar kota? Tapi pada kenyataannya ia disini, disamping-ku. Ternyata ia tidak jadi menginap karena hari itu adalah hari ulang tahun-ku. Aku beranjak bangun dari tempat tidur dan segera memeluknya. Ucapan selamat mengubah perasaan-ku yang menilai hari itu biasa saja berubah seratus delapan puluh derajat menjadi luar biasa. Di hari itu juga aku mendapat sebuah kado dari mbak Danis. Setelah menerima dan mengucapkan terima kasih, aku membuka kado. Dan jrengg...jrengg... di dalamnya terdapat sebuah novel karya penulis favorit-ku.
  Setelah itu, mbak Danis mandi dan memeriksa tugas-ku. Mungkin karena dia tau kalau soal tugas aku masih bergantung padanya. Hari itu aku tidak jadi tidur sendiri, bidadari yang mempunyai tugas ganda sebagai mahasiswi Teknik Sipil dan Pekerja Kantoran itu kini ada disamping-ku, berbagi cerita tentang pekerjaannya, menyelimuti-ku dan akhirnya tertidur bersama-ku. Rasa syukur semakin bertambah karena aku senang memiliki kakak seperti mbak Danis.


( *mbak : panggilan untuk kakak perempuan dalam bahasa Jawa )
aku sayang saudaraku

  Tulisan ini diikutkan pada GIVEAWAY :  Aku Sayang Saudaraku yang diselenggarakan oleh Susindra.

Senin, 20 Februari 2012

[Pics] Minhyuk New Drama Promotional Pics

the new drama is entitled  
 'You Are an Unexpected Piece of Good Luck'







On February 25th..
Kang Min Hyuk saranghae !! ♥.♥

Book Review : etzhara



Dengan wajah yang tak terlihat jelas karena tertutup oleh kerudung hitam, mereka menatap Kenny yang terbaring tak berdaya di atas tanah dengan tatapan mengerikan. Apa yang mereka lakukan? batin Kenny bertanya-tanya. Pertanyaan itu langsung terjawab ketika salah satu dari iblis itu mendekat dan membentangkan kedua lengan Kenny lebar-lebar, lalu mulai memaku kedua tangannya di atas tanah.
Aneh, mengapa tak terasa sakit? Kenny tak mengerti apa yang sedang terjadi. Apakah ini hanya imajinasiku saja? Ia memandangi kedua tangannya yang telah berlumuran darah. Ternyata tidak. Ia mengerutkan dahi dan kembali bertanya-tanya. Mengapa tak sakit? Apakah rasa sakit di punggungku telah mengalahkan rasa sakit ini? Tidak mungkin.

..Ketika Takdir Berbicara..
Berawal dari lembaga kursus bahasa Inggris. Kenny, seorang mahasiswa tingkat pertama mulai mengenal sosok Etzhara, 'wanita yang akhirnya ia cintai' yang masih duduk di bangku SMA. Berbagai rintangan untuk mendapatkan hati Etzha telah Kenny hadapi dan akhirnya Kenny mendapatkannya. 
Etzha kini sudah lulus SMA, dan ia disekolahkan ayahnya di luar negeri. Etzha ingin menolak, ya karena Kenny, leleaki yang ia cintai kuliah di tanah air. Tetapi karena menuruti perintah ayahnya, Etzha memberangkatkan diri ke luar negeri. Etzha pergi, Kenny setia menunggu.
Beberapa tahun kemudian..
Etzha pulang ke tanah air, kini Etzha sudah bersama Kenny lagi. Tidak lama setelah pulang ke tanah air, Etzha sering merasakan sakit,sesak,dan pusing yang akhirnya membuat Etzha tak kuat menahan tubuhnya sehingga ia pingsan. Hal itu terjadi tak sekali, tetapi berulang-ulang kali. Penderitaan itu membuat Etzha masuk rumah sakit. Setelah diperiksa, dokter yang menangani Etzha menyatakan bahwa Etzha mengidap penyakit kanker. Hal itu tentu membuat Kenny dan keluarga Etzha panik. Akhirnya dengan seluruh persetujuan Etzha menjalankan operasi. Memang kemungkinan kecil Etzha bisa sembuh.

Ibu Etzha menjemput Kenny ke luar rumah sakit. Setelah memeluk menahan kesedihan, Kenny dan Ibu Etzha dengan penuh ketegaran berjalan menuju ruang operasi. Tampak dari jauh, Ayah Etzha duduk dengan tatapan kosong. Kenny dan Ibu Etzha menghampiri seorang pria yang cukup tua terlihat kuat itu. Mereka berdoa dan terus berdoa. Sampai akhirnya, seorang pria berseragam dokter  keluar dari ruangan sambil menundukan kepala. Kenny yakin itu dokter yang menangani Etzha. Dokter itu hanya menggelengkan kepala pertanda operasi tidak berhasil. Kenny tidak percaya dan coba memberanikan diri bertanya kepada dokter itu. Dan, takdir memang mengatakan bahwa Etzha, perempuan yang Kenny cintai meninggal dunia. Kini Kenny tidakdapat melihat senyuman manis, lesung pipi dari sosok Etzhara. Etzhara terlihat sangat kaku, pucat dan membuat cairan bening dari kedua mata Kenny dan keluarga Etzha tak dapat berhenti. 
Hari itu.. hari terakhir Kenny menatap sosok Etzha di dunia, di pemakaman. Seluruh tangisan membuat Kenny sesak tak ingin bernapas untuk bersama Etzha. Tapi itu tidak mungkin lagi. Etzha harus pergi, pergi meninggalkan Kenny.
Beberapa tahun kemudian..
Setelah pulang kerja, Kenny melewati perumahan dimana Etzhara tinggal. Kenny menyempatkan diri untuk mengunjungi rumah sang bidadari. Tapi takdir benar-benar mengatakan mereka harus berpisah. Saat sampai di depan rumah Etzha, hanya tampak rumput-rumput liar yang mulai meninggi dan sebuah papan bertuliskan 'DIJUAL'. 
 

Book Review : 9 Summers 10 Autumns by Iwan Seyawan

Dari Kota Apel ke The Big Apple


--> Malam itu aku hanya mampu mengulum doa dalam bibirku. Hanya mampu mengayunkan jemari tanpa tahu siapa yang akan  menggapainya. Mereka semakin menjeratku, tangan besar itu kian mencengkeram erat lengan lemah tak berisiku. Belumlah aku sempat melihat merah jingga kembang api di langit New York untuk kali pertamanya, belumlah aku merasakan euphoria hari kemerdekaan negara itu. Justru sekarang darahku tengah serasa membeku merasakan dinginnya permukaan pisau lipat dua orang tak ku kenal sewaktu menuju Stasiun Fleetwood.
Malam itupun akhirnya tak ada nyala merah hijau kembang api yang ku saksikan, tak ada. Yang tersisa hanya membirunya sudut bibirku dan memerahnya T-shirt yang kukenakan. Namun, ada nyala lain yang hadir bahkan lebih indah dari  merah hijau kembang api.
Dia seorang bocah merah putih dan yang satu lagi begitu cemerlang. Dia dan Mbak Ati.
Semenjak perjumpaanku dengannya malam itu dia kembali datang, dan kembali lagi. Untuk berbagai hal, yang pasti dia datang menanti untuk menerima dan memberi. Sosoknya mengingatkan aku pada diriku di masa kanak – kanak.
Kanak – kanak yang kuhabiskan di sebuah rumah. Rumah yang ku mengerti bukanlah besar yang menjadi dambaan, namun bagaimana cinta dan kesederhanaan yang menyatukan. Di sanalah aku tumbuh dan berdampingan bersama Bapakku, Ibuku, Mbak Isa, Mbak Inan, Rini, dan Mira. Di rumah beratap anyaman cinta kasih itulah aku tumbuh, menerobos hujan, belajar pada alam akan kekuatan rumput kecil yang tetap tangguh walau terinjak dan tak dianggap. Semua itu dari  rumahku yang bertaman walaupun tak luas. Rumah yang membuatku ingin merasakan sedikit ruang bernama kamar. Ku ceritakan tentang rumahku pada dia di beberapa perjalanan, jalan – jalan di New York. Jalan yang tak pernah ku kira akan menapakinya.
Perjalanan di SoHo pagi itu ku habiskan dengan bercerita pada dia tentang bapakku Abdul Hasim. Ku katakana padanya bahwa bapakku adalah seorang sopir angkot di jalan – jalan di sekitar Batu Malang. Bapak yang kini usianya tak lagi muda, bapak yang kini beruban, bapak yang dulu berjuang mati matian untuk bisa membeli mobil sendiri demi kekuatan keluarga yang harus dipertahankan. Diatas Brooklyn Bridge sosok bapak yang pernah jatuh dan bangkit itu tergurat. Ku peluk dia yang berseragam merah putih, dan aku hanya mampu berbisik “aku kangen bapak”.
Hari berikutnya selepas kelas Yoga ku peluk dia yang menemuiku. Seperti ada ketergesaan yang ingin ia tanyakan, dan teryata tentang ibuku. Ibu Ngatinah yang begitu bercahaya. Malaikat kombinasi cinta kasih, keserhanaan, dan ketegaran yang kuat. Pada bagian ini bagaimanapun aku akan menangis, ku ingat detil bagaimana ia yang tak bersekolah tinggi itu begitu lihai mengatur semua yang bisa menyelamatku. Semua yang mungkin bisa mengantarkanku agar terbang atau mendayung kapalku. Dialah angin yang mampu mendorong laju layar kapalku yang berkali – kali hampir berhenti dan kehilangan arah. Ibuku yang paling hebat. Puisi hidupku!
Kesempatan berikutnya pada bocah berseragam merah putih itu ku ceritakan pula kekuatan besar Mbak Isa yang membuka segala awal mimpi dengan segenap prestasi yang Mbak Isa miliki. Sekarang mbak Isa menjadi guru SD. Ku ceritakan sastra yang indah dari Mbak Inan, Mbak yang mengajariku banyak hal. Bahkan selanjutnya, meski dia  tak datang ku tuliskan kisah tentang teman setiaku, adik perempuan pertamaku Rini. Hingga ku sambung kisah tentang adikku Mira, yang terindah. Mira yang kini menjadi dokter hewan, gadis  pejuang yang hebat.
Ku katakan pada dia lagi, bahwa mereka semua adalah pelangi dalam rumahku. Meski atap rumahku kadang mendung dan hujan, namun semua itu ku yakin akan berganti dan menjadi indah . Mereka adalah cahaya matahari yang menrefleksikan cinta. Mereka adalah matahari yang menrefraksikan kekuatan. Mereka adalah matahari yang mendifraksikan kegembiraan. Hingga tercipta pelangi indah dalam rumah kami.
Hari itu musim gugur saat ku ceritakan tentang suka cita Bapak ketika kelahiranku. Selepas ku puaskan kegemaran baruku, membaca. Ku tuliskan surat tentang aku karena berhari – hari ia tak datang. Ku tuliskan aku yang kecil dalam rumah 6 x 7. Aku yang sering bersungut ketika tetangga berbondong – bondong hendak ikut menonton televisi di ruang keluarga yang kala itu sekaligus tempat tidurku, tempat belajar dan bermainku. Aku yang menghabiskan waktuku untuk berkutat bersama buku. Track record perjalanan pendidikanku hingga mengingat cita – cita tiruanku sebagai handship. Bahkan tentang mimpi dan ruang baru yang teretas dari pesona teater.
Kemudian ku kisahkan ceritaku yang berhasil masuk jurusan statistika IPB lewat jalur PMDK hingga super tour masa KKN. Tak ketinggalan tentang segala badai yang menerpa kapalku. Masa yang mana aku harus bertahan dengan keterbatasan, dengan penghabisan dan pinjaman yang membuatku pernah mengungkapkan ku ingin kerja di kawasan “Blok M”.
Keretakan perjalanan yang ku ukir bagai relief, terlebih ketika aku akhirnya lulus dan menagih janji perubahan. Menyambut profesi di Nielsen Jakarta, berlanjut ke Danareksa, hingga aku terbang ke Amerika dan berjumpa dengan Mbak Ati.
Kemudian dia tersenyum, saat ku ceritakan tentang Aundrey. Wanita yang ku kenal di kelas yoga yang diampu guru spiritualku Rima. Wanita yang sempat ku sediakan yoga mat bersebelahan denganku, wanita yang kemudian pergi sebelum musim gugur datang menjemput.
Di waktu lain, ku ceritakan pula tentang sesuatu.  Ini bukan kisah cinta. Ketika itu autumns, ketika itu dia yang datang ke New York, ketika itu dia yang ku sebut Kalista menetap selama delapan hari. Gadis yang ku kenal dari facebook itu, yang menghabiskan enam hari berkunjung ke Central Park. Gadis yang kemudian pergi kembali melanjutkan perjalanannya, yang sempat mengatakan Iwill miss you bukan I love you bukan juga good bye.
Hingga akhirnya kerinduanku pada Batu dan rumah membuncah, menyeruak dari sela – sela kesibukanku menjadi Director, Internal Client Management dia berkata akan pergi. Entah kenapa, setiap ku tanyakan ia hanya berkata bahwa aku telah lebih dari kuat dan dia akan meninggalkanku.
Sampai suatu hari ketika aku akhirnya kembali ke tanah air, ke Indonesia. Dia ikut bersamaku berjumpa Bapak, Ibu, mbak Isa, Mbak Inan dan lainnya termasuk rumahku. Ia melihatku memperagakan yoga pada mereka, ia tersenyum. Hingga kemudian aku mengajaknya mendaki Rinjani. Ada selaksa yang tak pernah bisa ku tuliskan, ada sebuah ruang yang seketika menjadi begitu damai. Ruang yang kemudian mengatakan semua telah berubah dan akan baik lebih baik dari sebelumnya. Ruang yang kemudian mengendap bersama sesuatu yang lain yang saling bicara dalam diam dan kebahagiaan. Ketika itulah dia pergi, dengan tenang dan guratan yang sempurna di puncak Rinjani.
Ketika semua yang menjadi mimpi terdaki. Ketika waktu berjalan, ketika musim berganti. Ketika hati berbicara untuk kembali, saat itulah 9 summers 10 autumns terpungkasi namun tak berakhir.
impian harus menyala
dengan apa pun
yang kita miliki

meskipun
yang kita miliki
tidak sempurna

meskipun
itu retak-retak

This novel give me so many motivation, thanks to Mas Iwan Setyawan - Life Is Beautiful -

Sabtu, 18 Februari 2012

Travel Impian

  
   Saya sangat ingin menginjakkan kaki di Seoul bersama keluarga. Tidak tau kapan, tapi saya yakin bisa kesana suatu saat nanti. Yang paling pertama, saya sangat ingin melihat bandara Internasional Incheon, saya ingin membuktikan apakah benar desain bandara ini sangat elegan dan luar biasa.Sesampainya di Seoul, saya ingin mengajak keluarga menikmati berbagai makanan korea di restoran terdekat. Saya penasaran dengan rasa makanan korea yang langsung dibeli di Korea langsung. Setelah makan, saya akan menuju penginapan yang sudah saya pesan. Soal penginapan saya tidak mau yang bernuansa modern, tetapi saya ingin menginap di Hanok saja. 
   Selama beberapa hari saya ingin berkunjung ke tempat wisata yang terkenal di Seoul, yang paling saya utamakan adalah tempat bersejarahnya baru tempat bermain, naik cable car menuju N Seoul Tower pasti mengasyikan. Saya juga ingin berjalan di sekitar Sungai Han, mengunjungi studio acara-acara musik Korea, sampai tempat para artis beristirahat pun akan saya kunjungi, terutama SM Entertainment (walaupun hanya melihat gedungnya saja). 
   Hari terakhir di Seoul, saya akan ke tempat penyewaan hanbok, saya ingin seluruh anggota keluarga saya memakai pakaian khas ini dan berfoto bersama, mungkin saya akan membeli beberapa hanbok (amiin). Lalu saya ingin berkunjung ke tempat belanja, entah itu Myeongdong, Insadong, atau apalah,yang penting ada barang-barang seputar Kpop. Saya yakin sesampainya di tempat belanja saya ingin beli ini itu dan pastinya DVD original adalah barang yang saya beli. 
   Sudah terbayang saat sampai di Indonesia, seluruh anggota keluarga saya pasti akan memegang oleh-oleh yang kami beli di Seoul. Inilah travel impian saya, semoga menarik. 

SENDIRI ☺




Kapan aku merasa sendiri ?
Kapan pun saat aku memang ingin sendiri, kapan pun saat aku ingin menjauh dari keramaian, kapan pun saat  hati ini merasa galau, kapan pun saat aku memang hanya ingin berbicara dengan Sang Pencipta.
Lalu apa yang aku lakukan jika ingin sendiri.. ?
Saat sendiri bukan  berarti aku hanya duduk manis atau berdiam diri. Jika sendiri justru aku berubah menjadi manusia yang padat akan aktivitas. Kesendirian membutku berkelana kemana-mana. Dan inilah tempat favorit-ku saat sedang sendiri :
1.     Kamar mandi ˆ~ˆ   
 
  
Tempat ini mungkin sedikit aneh untuk sendirian. Bahkan waktu itu guru-ku sempat berkata ..
“ Jangan berlama-lama di kamar mandi karena itu sarangnya para mahluk lain“
   Mungkin saat mendengarnya, orang-orang berpikir yang macam-macam dan mengerikan. Lain halnya dengan aku, saat Pak Bani mengatakan kata-kata itu aku tidak pernah mengambil pusing, yang ada di pikiran-ku..
Aku percaya di kamar mandiku banyak mahluk lain, di dinding para cicak genit menempel di lantai kamar mandi hewan yang bentuknya sangat persis dengan buah kurma pun ada hehe.
  Di kamar mandi, aku duduk di pinggiran bak, aku bernyanyi, mancari ide, berilusi sampai menangis. Tak heran jika ayah, ibu, mba, mas dan adek kompak mengetuk pintu saat aku di dalam kamar mandi, karena dalam satu hari aku bisa sampai lima jam di kamar mandi.

2.    Perpustakaan (̃.o                             
    Di perpustakaan aku membantu ibu/bapak penjaga mengacak-acak buku-buku sampai majalah yang ada di ruang itu dan membacanya-_-v Saat aku memasuki perpustakaan aku benar-benar merasa tenang dan nyaman. Tanpa harus membeli majalah, aku bisa membaca majalah-majalah baru (terutama seputar Korea ) secara gratis di Perpus.
3.    Di atas sajadah ◠‿◠
   Disini.. walaupun aku tau aku sedang sendiri tapi aku tidak pernah merasa sendiri. Aku benar-benar merasa tenang. Setelah mengambil air suci, aku beribadah dan berkomunikasi dengan pencipta alam semesta ini lewat do’a. Entah mengapa kesendirianku di atas sajadah membuatku betah. Terkadang aku suka tertidur nyenyak diatasnya.

4.    Toko buku (゚ヮ゚)
  Hampir setiap aku punya waktu luang, aku selalu mengunjungi toko buku. Tujuanku adalah membaca novel yang sudah di buka, membaca sinopsis novel, membaca komik, dan lainnya. Pernah suatu hari aku menghabiskan waktu kesendirian-ku selama tiga jam di toko buku dan alhasil aku beres membaca satu novel yang cukup tebal.



*Walaupun aku sendiri. Aku memiliki prinsip bahwa aku harus benar-benar memanfaatkan waktu. *