CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 25 Desember 2012

Book Review: ½ Pecah ½ Utuh (Half Broken-Half Solid)



Judul                     : ½ Pecah ½ Utuh (Half Broken-Half Solid)
Penulis                  : Parlindungan Marpaung
Penerbit                :
Erlangga ( Penerbit Esensi )
Tahun terbit         : 2012
Harga                    : Rp. 69.000
ISBN                     : 9786027596030
Jumlah halaman   : 328 halaman


 ½ Pecah ½ Utuh (Half Broken-Half Solid) adalah buku kedua Parlindungan Marpaung yang saya baca setelah Setengah Isi Setengah Kosong (Half full-Half Empty).
  
Sinopsis
Judul buku ini terinspirasi dari penggunaan telur dalam pembuatan kue. Telur tidak mungkin langsung dimasukkan bulat-bulat ke dalam adonan. Terlebih dahulu telur tersebut akan dipecahkan dan dikocok bersama tepung hingga menjadi adonan yang baik. Sebagian besar kehidupan yang dianggap “berhasil” dimata orang lain dimulai dari kehancuran yang dapat dimenangkan. Ibarat telur yang harus dipecahkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Demikian pula manusia harus mengalami jatuh bangun, gagal berhasil, atau bahkan perasaan yang hancur untuk bisa memunculkan makna kehidupan yang sesungguhnya. Ketika makna tersebut muncul, maka dengan pikiran yang jernih, kebijakan dan kebeningan hati manusia akan mampu menata kembali kehidupan yang baru untuk bangkit dari keterpurukan.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 


Half Broken-Half Solid terdiri dari 58 cerita kehidupan. Baik itu cerita yang mengandung kebahagiaan, kesedihan, semangat, pelajaran hidup dan kumpulan lapisan rasa pendukung kehidupan lainnya.
Di antara kelima puluh delapan cerita, ada satu cerita yang saya rasa bisa membuat orang yang memiliki kelengkapan dalam hidupnya malu untuk mengenal kata menyerah.


Ayo Jangan Berhenti
Pada tahun 1986 di New York di selenggarakan lomba marathon Internasional yang diikuti ratusan peserta dari seluruh belahan dunia. Lomba tersebut memiliki jarak tempuh 42km. Di antara ratusan peserta, ada satu peserta yang menjadi perhatian banyak orang. Ia adalah Bob Willen yang kehilangan kedua kakinya karena terkena ranjau saat perang di negaranya. Bayangkan saja, berlari tanpa kaki. Bob Willen bertumpu pada kedua tangannya. Walaupun berkali-kali jatuh, walaupun berdarah-darah, Willen tetap meneruskan lomba tersebut sampai berhasil mencapai garis finish. Ia tidak mengenal kata menyerah walaupun tidak memiliki anggota tubuh yang lengkap.


Bagaimana dengan kita yang memiliki anggota tubuh yang lengkap?

Hiduplah seolah -olah besok engkau akan mati. Ingatlah bahwa prinsip sederhana tetap berlaku pada kehidupan manusia, siapapun dia, yakni hukum tabur tuai. Apa yang ditabur selama hidup, itu pula yang akan dituai oleh keturunannya kelak (hlm.4)


review ini diikutkan dalam "2012 End of Year Book Contest" yang diselenggarakan oleh blog "Kumpulan Sinopsis Dari Okeyzz"



Tidak ada komentar:

Posting Komentar